SOSMED


Thursday, December 8, 2011

Situs Sejarah Bugis Bone


Situs Sejarah Bone merupakan lokasi atau tempat yang menjadi sejarah bagi rakyat Bugis Bone dan juga menjadi bagian tempat sejarah negara Indonesia. Lokasinya disekitar Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

PhotobucketBugis merupakan suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Kerajaan Bugis klasik antara lain
Luwu,
Bone,
Wajo,
Soppeng,
Suppa,
Sawitto,
Sidenreng,
Rappang.

Situs Sejarah Bugis Bone
Bola Soba dan Bola Ade Pitue (?) (Rumah Adat) Bone
Rumah yang berbentuk panggung dan biasanya memiliki 3 bagian yaitu bagian atas, tengah dan bawah. RUmah ini menjadi inspirasi bagi pembangunan Rumah Besar (Saoraja). Bagian atas untuk menyimpan (lumbung) padi/makanan. Tempat tinggal ada di bagian tengah. Sejak jaman Belanda sudah jarang dibangun Rumah Adat Bone dengan kayu, lebih banyak dari semen. Sekarang masih tersisa di daerah Watampone.

Situs Perjanjian TellumpoccoE
Tempat perjanjian Raja Bone, Raja Wajo dan Raja Soppeng. Bunyi perjanjian itu "Barang siapa pihak kerajaan yang melihat cahaya titik cahaya terang, maka kerajaan itu yang berhak memberitahu saudara-saudaranya yang berjanji". Inilah kesepakatan ketiga kerajaan itu dalam menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkan daerah tersebut. Mereka bekerjasama, sebuah perjanjian suci untuk saling bahu-membahu menghadapi musuh.

Patung Arung Palakka
Raja pemersatu rakyat Bugis dan wilayah Sulawesi, gagah berani dan mempunyai sifat terpuji. Pahlawan Bone, Pahlawan Kemanusiaan. Arung Palakka yang mengeluarkan masyarakat Bone dari garis kemiskinan dan tindasan kerajaan lain.

Masjid Tua Al-Mujahidin Watampone
Merupakan salah satu jejak Islam di Tanah Bone. Berada di tengah-tengah kota Watampone. Mesjid ini masih asli dan merupakan salah satu dari jejak Islam di Sulawesi. Memiliki sebuah tembok pertahanan dengan tebal sekitar 1 meter.

Makam Raja-raja Bone
Makam Raja Bone ke 13 dan 21 Kalokkoe berada di belakang Mesjid Tua Al-Mujahidin. Makam Raja Bone memang tersebar di Lalebata, Nagauleng, Luwu, Bukaka, Bantaeng, Makassar, bahkan ada di Tanah Kalibata.

Kawasan Tanah Bangkalae
Dahulu kerajaan di tanah Sulawesi sering terjadi selisih paham semisal antara Kerajaan Goa, Kerajaan Bone, dan Kerajaan Luwu. Untuk mempersatukannya dibentuklah simbol pemersatu ketiga kerajaan itu. Tanah Bangkalae itu merupakan penyatuan tanah dari 3 kerajaan tersebut dengan tujuan agar ke-3 kerajaan tersebut bersatu. Menjadi tempat pelantikan raja yang dimulai dari Raja Bone saat itu yaitu Raja Bone ke 16. Tanah Bangkalae adalah tanah tempat pelantikan raja, berwarna kemerah-merahan, dan dianggap sebagai Tanah Dewa.

Situs Manurungnge (To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang atau Mata Silompoe)
Disinilah tempat terjadi kontrak pemerintah Rakyat Bone (Tujuh raja-raja kecil) dengan Manurung E.rimatajang Raja Bone Pertama pada tanggal 16 April 1330 dan menjadi hari lahirnya Kabupaten Bone. Berada di lokasi Kecamatan Tanete Riatang. Manurung merupakan manusia suci yang turun dari langit. Manurunge adalah pemersatu rakyat yang bertikai saat itu ke dalam Kerajaan Bone. Raja ManurungngE .ri Matajang sebenarnya tidak diketahui asal usulnya sehingga di gelar Manusia Suci yang Turun dari Langit.
Berkata rakyat Tana Bone,

"agar menetaplah di Tanah Bone
dan engkau yang kami angkat menjadi
raja untuk memimpin kami, namun
anak dan istri kami, bila engkau
tidak menyetujuinya, kamipun
menurut kepadamu, asalkan engkau
.... keselamatan kami dan ....."
........................................

Dan berkata ManurungngE

"Saya menjunjung tinggi di atas kepala saya dan menghargai kata-kata dan persatuanmu untuk mengangkat saya menjadi raja."

Tujuh raja-raja kecil melantik ManurungngE ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue. ManurungngE ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade' pitue terdiri dari matoa Ta, matoa Tibojong, matoa Taneteriattang, matoa Taneteriawang, matoa Macege, matoa Ponceng. istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat
Soraja Petta Panggawae
Rumah Besar Bola Soba bertingkat 5 milik seorang raja Bone untuk panglimanya. Rumah ini adalah Istana Panglima Perang Bone dengan atap bertingkat 4, sedangkan rumah Raja memiliki atap bertingkat 5. Sekarang menjadi tempat pelestarian budaya Bugis Bone.

Museum Lapawawoi Saoraja
Merupakan rumah Raja Bone ke-31, Andi Mapparinggi bergelar LAWAWOWOI KARAENG SIGERI MATINROE RI BANDUNG, yang dijadikan sebagian rumahnya dijadikan museum Bugis Bone. Museum ini menjadi tempat penyimpanan benda-benda seni dan budaya tradisional Bugis Bone. Dahulunya pernah menjadi gedung DPRD Kabupaten Bone. Menyimpan gambar raja-raja Bone dan benda-benda duplikat upacara adat istiadat Bone.

Museum ArajangngE
Menyimpan benda-benda milik Arung Palakka yang juga merupakan benda-benda pusaka seperti Payung Emas, Payung Perak, Sarung dan Pegangan, serta Selempang/Salimpang Emas (Sembangengpulaweng) yang panjangnya 177 cm dengan berat 5 kg emas murni 24 karat. Setiap tahunnya dilakukan pembersihan benda-benda bersejarah dan sakral tersebut. Museum ini dibuka setahun sekali pada hari jadi Tanah Bone mengingat banyak benda bersejarah yang sangat perlu dilindungi.
sumber : AS comunity

No comments:

Post a Comment